Memperingati Hari Aksara Nasional, Keluarga sebagai Literasi Media untuk Bantu Kurangi Buta Aksara

KOMPAS.com - Yohan Rubiyantoro Subdit Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terkait Hari Aksara Internasional, 8 September, menyampaikan gerakan literasi keluarga dapat membawa manfaat terhadap pengurangan angka buta aksara.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Aksara Internasional, Literasi Keluarga Bantu Kurangi Buta Aksara", https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/08/23062711/hari-aksara-internasional-literasi-keluarga-bantu-kurangi-buta-aksara.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
 


KOMPAS.com - Yohan Rubiyantoro Subdit Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terkait Hari Aksara Internasional, 8 September, menyampaikan gerakan literasi keluarga dapat membawa manfaat terhadap pengurangan angka buta aksara.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Aksara Internasional, Literasi Keluarga Bantu Kurangi Buta Aksara", https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/08/23062711/hari-aksara-internasional-literasi-keluarga-bantu-kurangi-buta-aksara.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Yohan Rubiyantoro Subdit Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terkait Hari Aksara Internasional, 8 September, menyampaikan gerakan literasi keluarga dapat membawa manfaat terhadap pengurangan angka buta aksara. Pendampingan keluarga dapat membuat anak menjadi melek aksara. Hal ini misalnya, dapat dilakukan dengan mendampingi anak-anak dalam membacakan buku, atau mendongeng bersama. 

Gerakan literasi keluarga memiliki beragam kegiatan. Antara lain literasi baca tulis, yakni keluarga memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis. Selain itu juga ada ragam Literasi Digital, yaitu kemampuan menggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat untuk berinteraksi serta mendapatkan informasi yang bermanfaat. 

Lantas literasi finansial, yakni kecakapan keluarga dalam mengelola keuangan demi terciptanya kesejahteraan keluarga. Berdasarkan data dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud tahun 2017, penduduk Indonesia yang telah berhasil diberaksarakan mencapai 97,93 persen, atau tinggal sekitar 2,07 persen atau 3.387.035 jiwa (usia 15-59 tahun). Baca juga: Hari Aksara Internasional, Mendikbud Ingatkan Literasi Berbudaya ”Indonesia telah membuktikan keberhasilan dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan untuk Semua (PUS) Dakar, 23 provinsi sudah berada di bawah angka nasional masyarakat buta aksaranya,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, beberapa waktu lalu. 

Masih terdapat 11 provinsi memiliki angka buta huruf di atas angka nasional yaitu Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen). Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang.

Yohan Rubiyantoro Subdit Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terkait Hari Aksara Internasional, 8 September, menyampaikan gerakan literasi keluarga dapat membawa manfaat terhadap pengurangan angka buta aksara. Pendampingan keluarga dapat membuat anak menjadi melek aksara. Hal ini misalnya, dapat dilakukan dengan mendampingi anak-anak dalam membacakan buku, atau mendongeng bersama. Gerakan literasi keluarga memiliki beragam kegiatan. Antara lain literasi baca tulis, yakni keluarga memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis. Selain itu juga ada ragam Literasi Digital, yaitu kemampuan menggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat untuk berinteraksi serta mendapatkan informasi yang bermanfaat. Lantas literasi finansial, yakni kecakapan keluarga dalam mengelola keuangan demi terciptanya kesejahteraan keluarga. Berdasarkan data dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud tahun 2017, penduduk Indonesia yang telah berhasil diberaksarakan mencapai 97,93 persen, atau tinggal sekitar 2,07 persen atau 3.387.035 jiwa (usia 15-59 tahun). Baca juga: Hari Aksara Internasional, Mendikbud Ingatkan Literasi Berbudaya ”Indonesia telah membuktikan keberhasilan dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan untuk Semua (PUS) Dakar, 23 provinsi sudah berada di bawah angka nasional masyarakat buta aksaranya,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, beberapa waktu lalu. Masih terdapat 11 provinsi memiliki angka buta huruf di atas angka nasional yaitu Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen). Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Aksara Internasional, Literasi Keluarga Bantu Kurangi Buta Aksara", https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/08/23062711/hari-aksara-internasional-literasi-keluarga-bantu-kurangi-buta-aksara.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Yohan Rubiyantoro Subdit Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terkait Hari Aksara Internasional, 8 September, menyampaikan gerakan literasi keluarga dapat membawa manfaat terhadap pengurangan angka buta aksara. Pendampingan keluarga dapat membuat anak menjadi melek aksara. Hal ini misalnya, dapat dilakukan dengan mendampingi anak-anak dalam membacakan buku, atau mendongeng bersama. Gerakan literasi keluarga memiliki beragam kegiatan. Antara lain literasi baca tulis, yakni keluarga memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis. Selain itu juga ada ragam Literasi Digital, yaitu kemampuan menggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat untuk berinteraksi serta mendapatkan informasi yang bermanfaat. Lantas literasi finansial, yakni kecakapan keluarga dalam mengelola keuangan demi terciptanya kesejahteraan keluarga. Berdasarkan data dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud tahun 2017, penduduk Indonesia yang telah berhasil diberaksarakan mencapai 97,93 persen, atau tinggal sekitar 2,07 persen atau 3.387.035 jiwa (usia 15-59 tahun). Baca juga: Hari Aksara Internasional, Mendikbud Ingatkan Literasi Berbudaya ”Indonesia telah membuktikan keberhasilan dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan untuk Semua (PUS) Dakar, 23 provinsi sudah berada di bawah angka nasional masyarakat buta aksaranya,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, beberapa waktu lalu. Masih terdapat 11 provinsi memiliki angka buta huruf di atas angka nasional yaitu Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen). Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Aksara Internasional, Literasi Keluarga Bantu Kurangi Buta Aksara", https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/08/23062711/hari-aksara-internasional-literasi-keluarga-bantu-kurangi-buta-aksara.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Yohan Rubiyantoro Subdit Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terkait Hari Aksara Internasional, 8 September, menyampaikan gerakan literasi keluarga dapat membawa manfaat terhadap pengurangan angka buta aksara. Pendampingan keluarga dapat membuat anak menjadi melek aksara. Hal ini misalnya, dapat dilakukan dengan mendampingi anak-anak dalam membacakan buku, atau mendongeng bersama. Gerakan literasi keluarga memiliki beragam kegiatan. Antara lain literasi baca tulis, yakni keluarga memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis. Selain itu juga ada ragam Literasi Digital, yaitu kemampuan menggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat untuk berinteraksi serta mendapatkan informasi yang bermanfaat. Lantas literasi finansial, yakni kecakapan keluarga dalam mengelola keuangan demi terciptanya kesejahteraan keluarga. Berdasarkan data dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud tahun 2017, penduduk Indonesia yang telah berhasil diberaksarakan mencapai 97,93 persen, atau tinggal sekitar 2,07 persen atau 3.387.035 jiwa (usia 15-59 tahun). Baca juga: Hari Aksara Internasional, Mendikbud Ingatkan Literasi Berbudaya ”Indonesia telah membuktikan keberhasilan dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan untuk Semua (PUS) Dakar, 23 provinsi sudah berada di bawah angka nasional masyarakat buta aksaranya,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, beberapa waktu lalu. Masih terdapat 11 provinsi memiliki angka buta huruf di atas angka nasional yaitu Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen). Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Aksara Internasional, Literasi Keluarga Bantu Kurangi Buta Aksara", https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/08/23062711/hari-aksara-internasional-literasi-keluarga-bantu-kurangi-buta-aksara.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Yohan Rubiyantoro Subdit Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terkait Hari Aksara Internasional, 8 September, menyampaikan gerakan literasi keluarga dapat membawa manfaat terhadap pengurangan angka buta aksara. Pendampingan keluarga dapat membuat anak menjadi melek aksara. Hal ini misalnya, dapat dilakukan dengan mendampingi anak-anak dalam membacakan buku, atau mendongeng bersama. Gerakan literasi keluarga memiliki beragam kegiatan. Antara lain literasi baca tulis, yakni keluarga memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis. Selain itu juga ada ragam Literasi Digital, yaitu kemampuan menggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat untuk berinteraksi serta mendapatkan informasi yang bermanfaat. Lantas literasi finansial, yakni kecakapan keluarga dalam mengelola keuangan demi terciptanya kesejahteraan keluarga. Berdasarkan data dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud tahun 2017, penduduk Indonesia yang telah berhasil diberaksarakan mencapai 97,93 persen, atau tinggal sekitar 2,07 persen atau 3.387.035 jiwa (usia 15-59 tahun). Baca juga: Hari Aksara Internasional, Mendikbud Ingatkan Literasi Berbudaya ”Indonesia telah membuktikan keberhasilan dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan untuk Semua (PUS) Dakar, 23 provinsi sudah berada di bawah angka nasional masyarakat buta aksaranya,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, beberapa waktu lalu. Masih terdapat 11 provinsi memiliki angka buta huruf di atas angka nasional yaitu Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen). Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Aksara Internasional, Literasi Keluarga Bantu Kurangi Buta Aksara", https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/08/23062711/hari-aksara-internasional-literasi-keluarga-bantu-kurangi-buta-aksara.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Yohan Rubiyantoro Subdit Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terkait Hari Aksara Internasional, 8 September, menyampaikan gerakan literasi keluarga dapat membawa manfaat terhadap pengurangan angka buta aksara. Pendampingan keluarga dapat membuat anak menjadi melek aksara. Hal ini misalnya, dapat dilakukan dengan mendampingi anak-anak dalam membacakan buku, atau mendongeng bersama. Gerakan literasi keluarga memiliki beragam kegiatan. Antara lain literasi baca tulis, yakni keluarga memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis. Selain itu juga ada ragam Literasi Digital, yaitu kemampuan menggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat untuk berinteraksi serta mendapatkan informasi yang bermanfaat. Lantas literasi finansial, yakni kecakapan keluarga dalam mengelola keuangan demi terciptanya kesejahteraan keluarga. Berdasarkan data dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud tahun 2017, penduduk Indonesia yang telah berhasil diberaksarakan mencapai 97,93 persen, atau tinggal sekitar 2,07 persen atau 3.387.035 jiwa (usia 15-59 tahun). Baca juga: Hari Aksara Internasional, Mendikbud Ingatkan Literasi Berbudaya ”Indonesia telah membuktikan keberhasilan dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan untuk Semua (PUS) Dakar, 23 provinsi sudah berada di bawah angka nasional masyarakat buta aksaranya,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, beberapa waktu lalu. Masih terdapat 11 provinsi memiliki angka buta huruf di atas angka nasional yaitu Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen). Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Aksara Internasional, Literasi Keluarga Bantu Kurangi Buta Aksara", https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/08/23062711/hari-aksara-internasional-literasi-keluarga-bantu-kurangi-buta-aksara.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Hari Aksara Internasional, Literasi Keluarga Bantu Kurangi Buta Aksara

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Aksara Internasional, Literasi Keluarga Bantu Kurangi Buta Aksara", https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/08/23062711/hari-aksara-internasional-literasi-keluarga-bantu-kurangi-buta-aksara.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo

Kemhan: Kampus Berperan Penting Dalam Membentuk Karakter Bangsa



Jakarta - Lingkungan pendidikan dan rumah memiliki peran yang sangat kuat dalam membentuk karakter bangsa. Sementara tumpuan ketahanan nasional bersumber dari ketahanan pribadi dan keluarga.

Hal tersebut disampaikan Kepala Kementerian Pertahanan (Kemhan) Provinsi DKI Jakarta Brigjen TNI Adi Sudaryanto saat berbicara pada kuliah umum Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta.

"Pembentukan karakter itu adalah proses tanpa henti," ujar Brigjen Adi Sudaryanto dalam siaran pers yang diterima pada hari Jumat (7/9/2018).

Brigjen Adi Sudaryanto menegaskan, karakter bangsa yang baik akan mampu mewujudkan ketahanan nasional yang baik pula. Sayangnya, kata dia, dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat di Indonesia cenderung kehilangan karakter bangsa yang baik tersebut.


Ada kecenderungan masyarakat menjadi sosok yang pemarah, kasar, egois, kurang toleran, dan kurang rasa kepedulian serta kebersamaan. "Sederhananya, senang liat orang susah dan susah lihat orang senang," katanya.

Untuk itu, Adi sangat berharap lembaga pendidikan dan rumah hendaknya berperan secara aktif dalam menyiapkan pembentukan karakter yang kuat terhadap individu anak bangsa.

"Peran orang tua dan pendidik sangat dominan dalam menanamkan dasar pembentukan karakter anak," ujarnya.

Rektor Unsada Dadang Solihin, sepakat lembaga pendidikan memiliki peran yang kuat untuk menumbuhkan karakter bangsa yang kuat kepada generasi muda.

Itulah sebabnya dalam kegiatan ini pihaknya memberikan stimulus kepada para mahasiswa baru untuk lebih menyadari karakter individu mereka untuk berperan penting bagi terwujudnya karakter bangsa.

"Kegiatan ini menjadi bagian kecil untuk bisa mendorong generasi muda yang berkarakter dan siap menjadi pemimpin masa depan," pungkasnya. 

Sumber : https://nasional.sindonews.com/read/1336625/15/kemhan-kampus-berperan-penting-dalam-membentuk-karakter-bangsa-1536337715

Ruwindo Akan Meluncurkan Aplikasi Terbaru

Ruwindo Akan Meluncurkan Aplikasi Terbaru


Rumah Wirausaha Indonesia (Ruwindo) adalah perusahaan yang berasal dari bisnis berbasis Komputer dan Teknologi Informasi sejak tahun 2000 lalu, dalam perkembangannya membuka beberapa unit bisnis yang mampu berkembang pesat dalam perjalanannya. Unit bisnis yang dijalankan adalah : Rumah Software, Scanindo Prima (Document Scanning System), Ticketing & Tour Travel, Rumah Busana dan Pondok Wirausaha serta Wood Working (Pengolahan Kayu). 

Ruwindo  akan segera meluncurkan 6 aplikasi terbaru yaitu Simpel-KS, E-Sakip, E-Administrasi, Om Dikin, Data Center, Sisdupak. Simpel-KS (Sistem Informasi Manajemen Pelaporan Keuangan Sekolah) merupakan aplikasi berbasis dekstop untuk membantu sekolah dalam menyususn dan mengelola laporan keuangan tingkat sekolah. E-Sakip (Elektronik Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) merupakan aplikasi yang digunakan untuk instansi pemerintahan agar memudahkan melakukan evaluasi kinerja yang dilakukan oleh individu pegawai pemerintahan. E-Administrasi (Sistem Informasi Manajemen Layanan Informasi) merupakan aplikasi sistem informasi yang digunakan untuk memudahkan dalam pengiriman surat pada instansi pemerintahan. Data Center merupakan sistem informasi yang bersifat terpadu untuk layanan data dan informasi pendidikan di Kabupaten Malang. Om Dikin atauu E-Absensi adalah aplikasi yang bertujuan untuk memudahkan kegiatan absensi yang dibuat secara elektronik dan akurat. Sisdupak adalah sistem penilaian angka kredit guru.

Maizidah Salas,Mantan TKI Merima Penghargaan dari Pemerintah Amerika Serikat

Mantan TKI Maizidah Salas menerima Sertifikat Penghargaan dari Duta Besar Amerika Serikat Joseph R. Donovan, dalam acara Trafficking In Person (TIP) Heroes Reception and Award Ceremony, di kediaman Dubes AS, Jakarta, Selasa, 4 September 2018.
Pernah menjadi korban perdagangan manusia atau Human Trafficking, tidak membuat Maizidah Salas menyerah. Dia membantu para korban Human Trafficking tersebut sehingga para korban bisa bangkit dari keterpurukan.

Maizidah Salas, seorang mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Amerika Serikat, karena perjuangannya melawan dan membantu para korban perdagangan manusia atau Human Trafficking. 

Maizidah merupakan salah satu dari 10 orang pejuang anti Human Trafficking yang mendapatkan penghargaan berupa Trafficking In Person (TIP) Report Heroes 2018, yang diserahkan langsung oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael R. Pompeo dengan di dampingi oleh Dewan Penasehat Presiden tentang Perdagangan Orang yang juga Putri Presiden AS Donald Trump, yaitu Ivanka Trump, di Washington DC, 28 Juni 2018 lalu.

Bersama teman-temannya yang lain, Maizidah membangun Kampung Migran di Wonosobo dengan tujuan agar para korban perdagangan manusia tersebut, bangkit, bahkan bisa sukses di masa depan. Selain itu dia juga melakukan pendampingan hukum dan melakukan upaya pemulihan trauma bagi para korban.

Maizidah bersama rekan-rekannya dari Serikat Buruh Migran Indonesia aktif melakukan upaya pencegahan perdagangan manusia dengan memberikan pendidikan ke sekolah-sekolah, melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa, membuatkan modul, kata Maizidah. Bahkan, ia ikut membantu perancangan Undang-Undang tentang Penempatan dan Perlindungan TKI hingga pembuatan revisi undang-undang tersebut.


“Kami juga mendampingi korban-korban trafficking, baik ketika mereka sedang proses pemulihan maupun pendampingan hukumnya. Kami juga mendampingi korban-korban trafficking dalam hal pemberdayaan ekonomi. Jadi saya mendampingi mereka yang sudah dapat bantuan reintegrasi ekonomi IOM untuk manajemen keuangannya,” ujar Maizidah.Hal itu dia sampaikan saat acara "Trafficking In Persons (TIP) Report Heroes Reception and Award Ceremony" bersama Duta Besar Amerika Serikat Joseph R. Donovan, di kediaman Dubes AS di Jakarta, Selasa (4/9).
Menurutnya, dengan adanya Kampung Migran tersebut, terbukti menurunkan minat warga Wonosobo khususnya untuk menjadi buruh Migran, karena sudah mempunyai pekerjaan atau mempunyai kegiatan yang cukup produktif yang menghasilkan uang. 

“Betul, karena mereka merasa di rumah sudah ada punya kegiatan-kegiatan produktif yang menghasilkan secara finansial. Dan mereka memilih dengan sendirinya untuk tidak pergi keluar negeri dengan menghadapi sejuta kerentanan,” kata Maizidah.Dengan penghargaan ini , Maizidah berharap dapat menginspirasi banyak orang supaya berani memerangi kejahatan perdagangan orang, dan bagi para korban terutama dia berpesan agar bisa bangkit dari keterpurukan, belajar dari pengalaman dan memperjuangkan orang lain, sehingga orang tersebut pun bisa bertahan dan melanjutkan hidup.

Dalam kesempatan yang sama Dubes AS Joseph R. Donovan mengatakan, Maizidah memang layak untuk mendapatkan penghargaan tersebut atas segala perjuangannya.
Dengan apa yang dilakukan Maizidah, menurut Donovan, dapat meningkatkan kesadaran serta kewaspadaan semua pihak untuk bisa mencegah Human Trafficking dan melindungi para korban.
“Dia mendapat penghargaan yang memang beliau sangat layak dapatkan, yang diberikan oleh Menlu Pompeo dan Ivanka Trump. Dan Ibu Maizidah sudah bekerja tanpa lelah untuk memberikan pemberdayaan bagi pekerja, tenaga kerja Indonesia, dan untuk meningkatkan kesadaran, atas human trafficking atau perdagangan manusia, dan beliau merupakan contoh atau panutan bagi kita semua,” kata Donovan.

Selain itu, Pihaknya juga mengapresiasi upaya Pemerintah Indonesia untuk memerangi perdagangan manusia tersebut. Menurutnya dibutuhkan kerja sama dari semua pihak agar hal ini jangan sampai terulang kembali. Donovan juga memastikan bahwa kedepan pihaknya berkomitmen untuk senantiasa memerangi Human Trafficking tersebut.

“Dan kami juga memuji upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, untuk meningkatkan kesadaran, untuk menangkap dan memproses pelaku perdagangan manusia, juga melindungi para korban perdagangan manusia. Dan Amerika Serikat terus berkomitmen untuk bekerja sama dengan mitra-mitra kami untuk memerangi human trafficking atau perdagangan manusia,” kata Donovan.

Sumber : https://www.voaindonesia.com/a/mantan-tki-maizidah-salas-terima-penghargaan-dari-pemerintah-as/4558317.html

UGM Mendapatkan Akreditasi Internasional di 4 Program Studi

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta-Universitas Gadjah Mada (UGM) semakin mengokohkan diri sebagai lembaga pendidikan berstandar global.

Belum lama ini empat program studi jenjaang sarjana mendapat akreditasi dari lembaga internasional Accreditation Board for Engineering Education (ABET).

Prestasi ini menyusul 16 program studi (prodi) lain yag juga sudah mendapat akreditasi internasional.

“Empat program studi itu masing-masing prodi S1 Teknik Sipil, S1 teknik Geodesi, dan Teknik Mesin, dan dari Fakultas Teknologi Pertanian, yaitu prodi S1 Teknologi Industri Pertanian,” tutur Kepala Kantor Jaminan Mutu UGM, Prof Indra Wijaya Kusuma, Senin 3 September 2018.

Tiga prodi mendapatkan akreditasi penuh sampai dengan 2024 dan satu prodi mendapatkan akreditasi sampai dengan 2019, dengan keharusan menyampaikan laporan perkembangan peningkatan mutu tanpa visitasi pada tahun 2019 untuk mendapatkan status terakreditasi penuh sampai dengan tahun 2024.
“Persiapan program studi untuk bisa mengajukan akreditasi ABET sudah dimulai sejak 2015. Yakni denga mengimplementasikan sistem pendidikan berbasis luaran (OBE) secara sistematik sehingga banyak sekali perubahan yang dilakukan terutama dalam desain kurikulum dan proses asesmen hasil pembelajaran, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh ABET,” tuturnya.

Menurut Indra, dengan hasil akreditasi internasional ini maka telah terealisasi kesesuaian dan pengakuan internasional terhadap program studi di UGM. Ini juga sebagai bentuk akuntabilitas sistem pembelajaran kepada masyarakat, peningkatan mutu berkelanjutan dan pencapaian target UGM dalam rangka merealisasikan visi UGM sebagai perguruan tinggi pelopor kelas dunia.

ABET adalah lembaga akreditasi bidang ilmu teknik dan teknologi yang paling prestisius yang berbasis di Amerika Serikat

Sumber : https://nasional.sindonews.com/read/1335557/144/empat-program-studi-ugm-dapat-akreditasi-internasional-1536052069